Minggu, 26 Desember 2010

Belajar Kaligrafi Kontemporer

Bagi santri, liburan semester kali ini akan lebih berkenang. Di saat siswa lain sudah menjalani liburan, dalam liburan pekan pertama ini Ma'had Qudsiyyah tetap masuk dan justru menyelenggarakan kegiatan ekstra kaligrafi.

Uniknya, kegiatan yang berlangsung sepekan mulai Sabtu (18/12/2010) hingga Jumu'ah (24/12/2010) ini tak hanya dilakukan dengan mempelajari teknik-teknik dasar kaligrafi murni, tetapi juga kaligrafi kontemporer
Kegiatan yang dilaksanakan di aula Ma'had Qudsiyyah Kudus, Kelurahan Kerjasan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus ini mendatangkan para ahli di bidangnya masing-masing, yakni ahli kaligrafi dan juga para seniman lukis Kabupaten Kudus. Untuk kaligrafi klasik, para santri ini dibimbing oleh salah satu kaligrafer Kudus, Muhammad Syamsul Huda. Sedang untuk kaligrafi kontemporer dibimbing oleh dua seniman lukis Kudus, yakni Cipto Santo dan Saryono. Keduanya tergabung dalam komunitas PAKU (Perupa Kudus).

Dalam kaligrafi murni, para santri dibimbing dan mempelajari teknik-tekni dasar kaligrafi arab dengan berbagai jenisnya. Dari delapan jenis kaligrafi arab klasik, yakni Naskhi, Tsulutsi, Riq'ah, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Farisi ini, para santri mendalami beberapa jenis kaligrafi selama dua hari, yakni Minggu (19/12) hingga Senin (20/12).

Selanjutnya, para santri dimbibing oleh dua perupa Kudus ini untuk mendalami kaligrafi kontemporer, khususnya berkaitan dengan pewarnaan dan seni memperindah sebuah karya kaligrafi. Tak hanya itu, para santri dalam konsep kaligrrafi kontemporer ini juga memanfaatkan bahan-bahan bekas. Sehingga media yang digunakan sangat terjangkau sekaligus berupaya mendaur-ulang barang using tersebut untuk dimanfaatkan kembali.

Beberapa barang bekas yang digunakan sebagai media mengekspresikan seni tersebut antara lain gabus limbah kulkas. Selain gabus, juga menggunakan kaca-kaca bekas dalam pembuatan kaligrafi tersebut.

Salah satu peserta, M Rifa'i menuturkan, kegiatan ini sangat mendidik sekaligus menyenangkan. "Ini adalah kegiatan yang mengasikkan," terangnya.

"Selain membuat fikiran fres, kegiatan liburan kali ini mampu mengekspresikan potensi seni santri," tambahnya.

Sementara, Naib Mudir (wakil direktur-Red) Ma'had Qudsiyyah, H Yusrul Hana, S.Ag mengungkapkan, konsep kegiatan ekstra dalam mengisi liburan kali ini memang sengaja diisi dengan kaligrafi. Tujuannya, tak lain adalah untuk mengasah kemampuan seni santri. "Kita melibatkan para seniman seni rupa, karena kita berusaha mengkombinasikan kaligrafi klasik dengan kaligrafi kontemporer," paparnya.

Diharapkan melalui kegiatan ini potensi para santri tergali sekaligus menjadi salah satu bekal kretivitas meraka dikemudian hari. Tak menutup kemungkinan, tambahnya, melalui kegiatan ini akan menjadikan mereka mandiri dengan kemampuan kaligrafinya. "Kalau memungkinkan, kita juga merencanakan akan mengikutsertakan karya-karya mereka dalam pameran-pameran kesenian," tandasnya (*)

Senin, 01 November 2010

Mustasyar PBNU Resmikan Ma'had Qudsiyyah

Pendidikan agama Islam, khususnya yang berlandaskan ajaran ulama salaf sangat penting untuk dipertahankan. Sebab, ajaran salaf ini sebagi pondasi dalam mengembangkan ajaran Islam. Demi mempertahankan landasan salaf inilah Madrasah Qudsiyyah Menara Kudus meresmikan Ma’had-nya (Pondok Pesantren).

Peresmian dilakukan oleh Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH M Sya’roni Ahmadi  di aula Ma’had Qudsiyyah, Kerjasan Kudus, Senin (1/11). Diharapkan, Ma’had Qudsiyyah menjadi salah satu bekal bagi para santri untuk lebih tekun dan mendalami ajaran Islam.

“Madrasah ini didirikan oleh KHR Asnawi yang merupakan keturunan ke-13 Sunan Kudus. Kini mudah-mudahan pendirian Ma’had ini dapat berkembang dengan baik dan barokah,” pesan Nadhir madrasah Qudsiyyah yang juga sesepuh Ulama Jawa tengah ini.(*)


Sementara itu, Ketua Yayasan Pendidikan Islam Qudsiyyah (YAPIQ) Menara Kudus, KH Nadjib Hassan dalam sambutannya mengungkapkan, pendirian Ma’had Qudsiyyah sebagai salah upaya yang dilakukan Qudsiyyah sebagai jawaban atas pelajaran salafiyah yang terus-menerus terdesak oleh pelajaran-pelajaran umum.

“Ini adalah jawaban untuk terus mempertahankan dan mempertahankan ajaran salafi. Ma’had Qudsiyyah tidak hanya sekedar mengembangkan ajaran salaf yang konsen terhadap Fiqih, tetapi juga memadukan berbagai komponen yang mendukung dalam perkembangan dan kemajuan dunia. Seperti kemajuan teknologi, dan sebagainya,” ujarnya.

Lebih lanjut najib yang juga salah seorang pengurus Lembaga Bathsul Masail (LBM) PBNU ini menyatakan, kemajuan teknologi seperti internet akan menjadi media bagi para santri untuk mengembangkan keilmuwannya. Santri tetap akan dibekali dengan berbagai komponen mendukung kemajuan dan perkembangan zaman.

“Intinya, santri tidak boleh klutuk (ketinggalan zaman-Red), tetapi juga harus merespon kemajuan,” tandasnya.

Sedangkan Mudir (Direktur) Ma’had Qudsiyyah KH Fathur Rahman menjelaskan, Ma’had Qudsiyyah ini diperuntukkan bagi siswa Qudsiyyah yang berprestasi. Penghuni Ma'had adalah 40 santri yang berasal dari kelas X Madrasah Aliyah.

"Calon santriu di Ma'had akan diseleksi melalui beberapa tahapan. Yakni tes tertulis yang bermaterikan pelajaran Nahwu Shorof,membaca kitab kuning Fathul Qorib serta menghafal bait-bait Alfiyyah. Sementara untuk angkatan pertama ini kita batasi 40 santri yang rangking,” terang pria berkacamata ini. (*)
http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=25840